TANGGAPAN
TENTANG MATA KULIAH PIJ
Menurut
saya cara pebelajaran atau cara penyampaian materinya yang diberikan
dosen-dosen cukup berwarna antara dosen satu dengan yang lainnya. Namun
perkuliahan ini memiliki ciri yang sangat menonjol yaitu dateline dan menulis.
Disini terlihat dunia yang membutuhkan imajinasi dan kerja keras, sehingga
terlihat perkulaihan PIJ mendapat kesan “angker”.
Terlihat
pada beberapa dosen yang mengajar kelas saya, mereka terkesan berbeda ada yang
seram, biasa, dan ada yang humoris sangat beragam namun memiliki visi yang
sama.. Mungkin yang paling berkesan adalah Ibu Maemunah sebagai salah satu
dosen Jurnalistik yang menurut mahasiswa sangat menyeramkan, namun Ibu demikian
untuk menciptakan jiwa jurnalistiknya kepada mahasiswanya. Saya suka cara
beliau mengajar, ia sangat mengharagai waktu dan melayani mahasiswa dengan apa
yang dikontak pada awal pembelajaran. Kemudian dosen yang sangat muda yaitu
Bapak Luthfi, ia menyampaikan materi dengan cara pendekatan secara langsung
kepada mahasiswa, sehingga gaya dan tampilanya pun di sesuaikan seperti
mahasiswa dimana untuk memberikan kesan baik dimata mahasiswa. Satu lagi dosen
yang unik, mungkin ia ingin menciptakan suatu pembelajaran dengan berbeda dosen,
dosen itu bernama Bapak Mulkan, ia selalu membuat mahasiswanya nyaman dan dapat
menyampaikan pesan yang diberikan tanpa paksaaan.
Saya
akui, perkuliahan PIJ lebih condong pada praktek jurnalis dimana tugasnya
mencari, mengumpulkan, mengolah sampai kepada memproduksinya kepada suatu
media. Disini membutuhkan fisik dan mental yang sangat kuat. Jadi dapat
dikatakan bahwa perkuliahan PIJ ini membutuhkan rasa yang benar-benar harus
sepenuh hati. Dan saya yakin kuliah PIJ ini adalah kuliah yang sangat disiplin
dan serius dalam suatu hal sehingga dapat menghasilkan mahasiswa yang baik.
ALASAN
MEMILIH JURUSAN
Menurut
saya Fikom Unpad ini memiliki empat jurusan yang sangat bagus, menarik, dan
berpotensi lulusannya. Yang pertama ada Jurnalistik yang di dominasi menulis,
Public Relations yang harus memiliki dalam penampilan berbicara, Manajemen
Komunikasi yang diolah adalah media, dan Informasi dan perpustakan.
Disini
saya memilih masuk ke jurusan Mankom karena semua ini demi mewujudkan impian
orang tua saya. Mungkin saya satu hati dengan orang tua saya karena saya pun memiliki
skill yang lumayan dalam mengoprasikan suatu media. Mungkin pilihan kedua saya
ingin masuk kedalam jurusan Jurnalistik namun kondisi yang tidak memungkinkan
saya tidak melihat Jurnalistik sehingga saya condong memilik Mankom dan Public
Relations.
Meski
kurang yakin namun insyaalloh itu semua sudah dipikirkan baik buruknya
kelangsungan kedepannya.
PENGALAMAN
PELIPUTAN TABLOID
Daun
Islam!
Itulah
tabloid kami yang pertama kali di buat. Kami beranggotakan 5 orang dan saya
merupakan salah satu tim redaksi tabloid Daun Islam yang menjadi penaggung
jawab dari pembuatan Tabloid Daun Islam. Selain itu saya merangkap menjadi
wartawan, tataletak, fotografer, dan pembuatan suatu artikel.
Liputan
Tabloid Daun Islam kai doinasi di wilayah Bandung dan Sumedang. Sebagai salah
satu tim redaksi, saya khusu meliput berita guna mengisi sebagian besar semua
rubric yang ada demi mengantisipasi anggota yang tidak bekerja.
Pengalaman
yang paling berkesan dan baru pertama kali saya merasakan menjadi seorang
jurnalis. Sebelum saya turun kelapangan terlebih dahulu saya mencari apa itu
jurnalis, apa yang dicatat dan bagai mana cara mengolahnya. Pertama kali yang
saya lakukan mewawancarai staf salah satu dari redaksi Koran Sumedang dan saya
menggali informasi mulai cara pemotretan, cara mendapatkan informasi, cara
beriklan sampai ke cara pengolahan data. Semua semakin jelas berkat tanya jawab
yang saya lakukan.
Karena
saya ada di posisi penanggung jawab dalam pembuatan tabloid “Daun Islam” ini sehingga
saya membagi kan tugas kepada para anggota berdasarkan rubric dan kemampuan
yang anggota bisa lakukan. Mungkin satu dua kali tidak didengar sehingga saya
menekankan waktu dan kosekwensinya. Namun anggota masih saja memiliki alasan
tertentu untuk didak mengerjakan tugas, mulai dari tidak punya uang, sakit,
tidak ada komunikasi sampai sampai belum ada inspirasi. Sehingga saya berusaha
sendiri untuk mencari apa saja yang menarik untukmengisi rubric-rubric yang
saya tentukan.
Sebelum
awal pencarian data, saya sempat melihat video jurnalis yang berjudul “shattered
glass” dan saya mendapatkan kesimpulan bahwa dalam suatu pembuatan suatu
artikel jangan percaya dalam satu narasumber saja. Sehingga saya baru berburu
nara sumber di berbagai daerah. Seperti rubric “renungan” saya mencari ke
beberapa daerah yang menyediakan kos-kosan dan kepada mahasiswa nya langsung.
Begitu pun dengan rubric lainya saya mulai mencari minimal dua orang yang bisa
menjadi kan narasumber. Sehingga jadilah seperti ini. Meki berantakan tapi ini
semua saya lakukan demi mendapatkan nilai dan pengalaman menjadi seorang
jurnalis.
Dari
rubric-rubric yang ada memiliki kesan tersendiri, contohnya rubric profil, saya
baru menyadari meski ia memiliki kekurangan tapi Alloh maha adil, ia diberikan
keterapilan berkat kerja kerasnya dan tekatnya untuk membahagiakan keluarga.
Disini saya dibukakan hati saya untuk tidak mengeluh apapun yang terpenting
adalah kerja keras karena niscaya Alloh memberikan jalan yang mudah bagi orang
yang mau berusaha tanpa kenal putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar