ANTARA
PR, KORPORASI, dan PUBLIK
Public Relations
mengalami perkembangan yang cukup pesat dewasa ini. Terkait korporasi,
tenaga-tenaga PR merupakan elemen penting. Hal ini ditandai munculnya berbagai
sebutan bagi PR-PR korporasi, mengindikasikan posisi PR yang kuat dan
dibutuhkan dalam sebuah korporasi. Di sisi lain, korporasi memiliki publiknya
atau yang tak lain adalah konsumennya. Publik pun kini semakin dinamis dan
selektif memonitor aktivitas suatu korporasi yang menjadi rujukan produknya.
Lalu,
apakah sebenarnya isu terhangat yang ada diantara PR, korporasi, dan publik?
Ø Ekonomikah?
Terkait konsumerisme dan profit suatu
korporasi.
Ø Isu
lingkungankah? Gembar-gembor Korporasi yang berorientasi GO GREEN.
Hanya sedatar itu?
Ø Ataukah
hantu bergentayangan bernama politik? Undang-Undang Perlindungan Konsumen, kini
kalah penampakannya dengan Undang-Undang Pornografi.
Isu-isu
tersebut sebenarnya hanya berada di belakang layar dari isu sesungguhnya.
Ya,
KOMUNIKASI Bung…!!
Komunikasi,
jembatan yang menghubungkan PR, Korporasi, dan Publik. PR merupakan penghubung
utama korporasi dan publiknya. Komunikasi yang sehat harus terjalin diantara PR
dan Publik karena publik yang kian dinamis ingin mengetahui transparansi
aktivitas suatu korporasi yang menjadi rujukan produknya. “Sudah tidak zaman
lagi main kucing-kucingan” begitulah kiranya. Era keterbukaan kini, memaksa
suatu korporasi untuk vokal berkomunikasi demi sebuah citra yang baik di mata
publiknya dan memang hal ini adalah sebuah keharusan.
PR
memainkan perannya disini. PR harus bertindak cerdas mendengarkan persepsi
publik, menjadikannya suatu feedback
bagi korporasi guna suatu pencitraan, korporasi yang berkualitas, berkelas, dan
komunikatif.
Akan
tetapi, apakah suatu citra korporasi yang disampaikan PR kepada publiknya
(biasanya melalui iklan, ingat iklan AQUA?) sudah cukup?
Publik
bukanlah sekedar bocah kecil yang bisa diajak main kucing-kucingan Bung…!
Sebuah
korporasi bagaikan suatu induk yang memadukan berbagai fungsi dan PR merupakan
suatu fungsi yang melekat dan tidak bisa terlepas dari manajemen sebuah
korporasi. Tujuannya adalah membentuk goodwill
(itikad baik), toleransi, mutual
symbiosis, mutual confidence, mutual understanding, mutual appreciation, serta
untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan, citra dan reputasi positif
berdasarkan prinsip-prinsip hubungan harmonis, baik hubungan ke dalam
(elemen-elemen korporasi, manajemen dan karyawan) dan ke luar (publik). (http://infointermedia.com/strategi-humas-2).
Manajemen
dan karyawan juga merupakan publik intern sebuah korporasi. PR harus concern membangun hubungan ke dalam guna
melekatkan citra dan reputasi positif korporasi pada jajaran manajemen dan
karyawan terlebih dahulu. PR pun berperan menjembatani komunikasi antara
manajemen dan karyawan sehingga tercipta hubungan harmonis. Dari sinilah, citra
dan reputasi positif sebuah korporasi akan mudah dibangun pada publik di luar
jika dimulai dari dalam.
Bila
sebuah korporasi sangat concern
terhadap lingkungan, PR harus memiliki strategi cerdas dalam membangun citra GO
GREEN tersebut pada para karyawan sehingga para karyawan selain bekerja pada korporasi
tersebut juga memperlihatkan aktivitas GO GREEN-nya. Misal, melaksanakan 3 R, Recycle, Reduce, dan Reuse. Hal ini
semakin menguatkan persepsi publik di luar sehingga terbangun citra dan
reputasi positif korporasi.
Dewasa
ini, persaingan antar korporasi pun semakin ketat dan ngotot. Peran PR disini
sangat dibutuhkan agar sebuah korporasi dapat survive menghadapi persaingan. Memang terlalu naïf seolah sebuah
korporasi hanya concern pada masalah
citra dan reputasi, padahal sebuah korporasi memiliki kompleksitas baik itu
ekonomi, lingkungan, maupun governmental ataupun
politik. Akan tetapi, komunikasi menjadi topik utama yang menjembatani semua
kompleksitas itu.
Menghadapi
persaingan antar korporasi yang sarat bumbu, peran komunikasi berada pada top level yang harus dijamah. PR yang
berperan membangun citra dan reputasi positif korporasi, harus pula memiliki
kompetensi untuk mempertahankannya di mata publik melaui hubungan komunikatif.
Hal inilah yang menjadi pondasi utama dalam menghadapi persaingan antar
korporasi
Kebebasan
beropini kini, menyebabkan para pesaing berani secara terbuka bermain api,
namun memang hal tersebut tidaklah melulu negatif mengingat zaman semakin
dinamis. Peran cerdas PR dibutuhkan disini, bagaimana PR merangkul opini dan persepsi
publik serta memanajemen titik-titik persaingan (terutama persepsi pesaing) guna
memberikan feedback positif pada
korporasinya.
Melalui
komunikasi sebuah korporasi dapat menjaga eksistensinya. Memang peran PR begitu
dominan disini, sesuai perkembangannya. Hubungan komunikatif antara korporasi
dan publiknya selayaknya harus tetap terjalin guna terpeliharanya citra
korporasi di mata publik.
Jika
kita amati, periklanan sebagai salah satu aktivitas PR memang mendominasi baik
itu di media cetak maupun media elektronik. Memang iklan dinilai masih memegang
peranan, namun secara keseluruhan tidak bisa hanya mengandalkan iklan dalam
membangun citra dan reputasi.
Iklan
kini semakin kental oleh aroma persaingan. PR sepatutnya tidak hanya
mengandalkan iklan dalam membangun citra. Disini, PR bisa mengokohkan image korporasi, misal pada produknya. Ambil contoh, perusahaan
APPLE dan perusahaan MICROSOFT. Tanpa
mengandalkan iklan, kedua korporasi tersebut dapat survive, mempertahankan, dan
mengokohkan image-nya.
PR
kedua korporasi tersebut sukses memanajemen persepsi publik pada
produknya. Kedua korporasi tersebut
sudah terbukti bermutu dan memuaskan publik, Hal ini dibangun melalui
pencitraan pada produk, misal kualitas dan diferensiasinya.
Komunikasi
menjadi isu yang populer diantara PR, Korporasi, dan Publiknya. PR menjadi
jembatan yang menghubungkan korporasi dan publiknya. Melalui hubungan
komunikatif yang dilakukan PR, sebuah korporasi dapat membangun dan
mempertahankan citra serta reputasinya di mata publik
Komunikasi
menjadi landasan diantara PR, Korporasi, dan Publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar