2. b.
Komponen-komponen komunikasi menurut Onong Effendy
Komunikator : Pihak yang berperan sebagai penyampai
pesan (message).
Media : Alat bantu/perantara dalam proses penyampaian
pesan.
Pesan :
Hal yang akan disampaikan komunikator kepada komunikan untuk menghasilkan efek.
Komunikan :
Pihak yang berperan sebagai penerima pesan (message).
Efek :
Hasil yang diharapkan muncul dalam sebuah proses komunikasi dari komunikator
3. a. Betuk-bentuk komunikiasi
Bentuk komunikasi
menurut Onong Effendy
·
Personal
ü Intra personal
Komunikasi yang terjadi di dalam diri
sendiri sehingga komunikator dan komunikannya adalah diri sendiri. Contohnya : introspeksi diri.
ü Antarpersonal
Komunikasi
yang terjadi antar individu atau
komunikasi dua arah. Contohnya bercengkrama.
Kelompok
Small Group
Komunikasi
yang melibatkan sekelompok orang dalam jumlah kecil. Contohnya : rapat,
ceramah, dan diskusi.
Large Group
Komunikasi
yang melibatkan sekelompok orang dalam jumlah besar. Contohnya: konferensi.
Massa
komunikasi yang melibatkan
sekelompok orang dengan tujuan tertentu.
Bentuk komunikasi menurut Robert G. King
Intrapersonal : Komunikasi yang terjadi di
dalam diri sendiri.
Interpersonal : Komunikasi antara satu
individu dengan individu lain.
Person to Group : Komunikasi antara seseorang
kepada kelompok.
Group to Person :
Komunikasi antara kelompok kepada seseorang/individu, individu adalah komunikannya.
Group to group :
Komunikasi antar kelompok, dalam arti luas termasuk hubungan interasional.
4. Sejarah ilmu
komunikasi
Komunikasi
tumbuh melalui tiga jalur :
Publisistik
berasal dari Jerman.
Jurnalistik
berasal dari Amerika
Retorika
berasal dari Amerika.
Sesungguhnya
dapat dikatakan bahwa lahirnya ilmu komunikasi
dewasa ini dapat diterima baik di Eropa maupun di Amerika Serikat bahkan
di seluruh dunia adalah hasil perkembangan dari publisistik (Jerman) dan ilmu
komunikasi massa (Amerika Serikat). Hal ini dimulai oleh adanya pertemuan
antara tradisi Eropa yang mengembangkan ilmu publisistik dengan tradisi Amerika
yang mengembangkan ilmu komunikasi massa.
Hal ini antara lain diupayakan oleh Stappers dari Belanda melalui karya
Garbner dari Amerika Serikat. Dalam disertasinya tahun 1966 (sepuluh tahun
setelah Garbner), Stappers sampai pada kesimpulan bahwa komunikasi massa
adalah obyek dari publisistikwissenschaft.
Publisistik
Publisistik
(Publizistik)di Jerman, sebenarnya berkembang dari Ilmu Pers atau Ilmu
Persuratkabaran yang dikenal dengan nama Zaitungwissenschaft. Asalnya
dapat ditelusuri sampai abad ke-19 ketika suratkabar sebagai obyekb studi
ilmiah mulai menarik perhatian para pakar di masa itu. Suratkabar sebagai salah
satu hasil dari pertumbuhan teknologi dan industri ternyata membawa berbagai
implikasi sosial yang sangat menarik bagi kajian ilmu kemasyarakatan dan
kemanusiaan. Sangat mengesankan karena kesadaran seperti ini baru lahir dan
berkembang setelah 273 tahun kemudian dari terbitnya Relation (1609) sebagai suratkabar tercetak pertama di
dunia ini.
Tahun 1884 -
ahli ekonomi Karl Bucher tertarik menulis
dan mengajarkan sejarah pers, orgganisasi pers, dan statistik pers tahun
. Bahkan pada tahun itu studi pers muncul dengan nama Zaitungskunde di
Universitas Bazel (Swiss). Kehadiran persuratkabaran ini semakin menarik
perhatian para ilmuwan.
1910 - Pakar Sosiologi misalnya Max Weber telah
mengusulkan dalam Kongres Sosiologi agar sosiologi pers dimasukkan sebagai
proyek pengkajian sosiologi disamping sosiologi organisasi. Ferdinant Tonnis mengkaji sifat pendapat umum dalam masyarakat
massa.
1925 – Hubungan pers dengan pendapat umum kemudian
menaikkan gengsi suratkabar menjadi ilmu dengan lahirnya Zaitungwissenschaft.
Awal abad ke-20, muncul radio dan film yang membuka
pengkajian baru yang lebih luas daripada suratkabar. Kajian mengenai pendapat
umum semakin luas sehingga tidak dapat ditampung lagi dalam Zaitungwissenschaft.
1930 – Walter Hagemann memperkenalkan nama Publizistik sebagai
suatu disiplin ilmu baru yang mencakup suratkabar, radio, film, retorika, dan pendapat umum.
Gagasan Hagemann kemudian disempurnakan dan disistematiskan oleh Emil Dorivat.
Perkembangan selanjutnya Publisistik semakin mendapat pengakuan
sebagai salah satu disiplin dalam ilmu sosial. Obyeknya bukan lagi suratkabar
melainkan offentiche aussage (pernyataan umum). Menurut Hagemann,
Publisistik adalah ilmu tentang isi kesadaran yang umum dan aktual. Dorivat
menyebut publisistik sebagai segala upaya menggerakkan dan membimbing tingkah
laku khalayak secara rohaniah, jadi publisistik merupakan suatu kekuatan yang
dapat mengendalikan tingkah laku manusia.
Dalam eksistensinya, publisistik berkembang sebagai
sub-ilmu komunikasi yang khusus mempelajari pernyataan yang bersifat umum dan
aktual.
Ilmu Komunikasi
Massa
Ilmu komunikasi Massa berkembang di Amerika Serikat
melalui jurnalistik.
Tahun 1700 – Jurnalistik sebagai suatu keterampilan
mengenai suratkabar sudah mulai dikenal di Amerika Seriukat.
1810 – lahir karya Isaiah Thomas berjudul History or Printing
in America mengenai suratkabar dan
penerbitnya.
1870 – Robert Leo merintis jurnalistik sebagai ilmu yang
diajarkan di uyniversitas (Washington College).
Kegiatan jurnalistik dilakukan secara magang dari tahun
1700-1870, misalnya yang dilakukan Benjamin Franklin pada percetakan saudaranya
di Boston.
1911/1912 – Joseph Politzer bersama Mury Butler mendirikan
School of Journalism.
1930-an – Jurnalistik berkembang sebagai disiplin
tersendiri setelah Bleyer memasukkan jurnalistik sebagai minor program Ilmu
Sosial di Unniversitas Wisconsin.
Setelah Perang Dunia II, jurnalistik semakin berkembang
lagi karena banyak pakar dari disiplin
sosiologi, politik, dan psikologi yang melakukan pengkajian terhadap
suratkabar, radio, film, dan televisi. Oleh karena itu, jurnalistik tidak mampu
lagi menampung vberbagai pengkajian yang mereka lakukan sehingga perlu
memberi nama yang lebih sesuai yaitu Ilmu
Komunikasi Massa. Tokoh-tokoh dalam periode ini antara lain, Harold D.
Lasswell, Carl I. Hoveland, Lazarsfeld,
dan de Sola Pool.
1950-an – dimulai perkembangan ke arah lahirnya ilmu
komunikasi dimana para pakar Ilmu Sosial mengembangkan studi mengenai
pembangunan terutama di negara-negara yang baru merdeka setelah PD II.
Tokoh utama yang telah membawa ilmu komunikasi massa
menjadi ilmu komunikasi adalah Wilbur Schramm, sarjana bahasa Inggris yang
tertarik kepada kajian komunikasi, karena memimpin sebuah University
Press. Schramm banyak menulis buku
mengenai berbagai masalah komunikasi.
1949 – perkembangan ilmu komunikasi massa menjadi ilmu
komunikasi lebih diperkuat lagi oleh departemen Speech Communication (retorika).
Departemen ini telah mengusulkan agar komunikasi bisa menjadi suatu disiplin
tersendiri yang mencakup juga komunikasi massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar