Rabu, September 28, 2011

TANGGAPAN TENTANG MATA KULIAH PIJ


TANGGAPAN TENTANG MATA KULIAH PIJ
Menurut saya cara pebelajaran atau cara penyampaian materinya yang diberikan dosen-dosen cukup berwarna antara dosen satu dengan yang lainnya. Namun perkuliahan ini memiliki ciri yang sangat menonjol yaitu dateline dan menulis. Disini terlihat dunia yang membutuhkan imajinasi dan kerja keras, sehingga terlihat perkulaihan PIJ mendapat kesan “angker”.
Terlihat pada beberapa dosen yang mengajar kelas saya, mereka terkesan berbeda ada yang seram, biasa, dan ada yang humoris sangat beragam namun memiliki visi yang sama.. Mungkin yang paling berkesan adalah Ibu Maemunah sebagai salah satu dosen Jurnalistik yang menurut mahasiswa sangat menyeramkan, namun Ibu demikian untuk menciptakan jiwa jurnalistiknya kepada mahasiswanya. Saya suka cara beliau mengajar, ia sangat mengharagai waktu dan melayani mahasiswa dengan apa yang dikontak pada awal pembelajaran. Kemudian dosen yang sangat muda yaitu Bapak Luthfi, ia menyampaikan materi dengan cara pendekatan secara langsung kepada mahasiswa, sehingga gaya dan tampilanya pun di sesuaikan seperti mahasiswa dimana untuk memberikan kesan baik dimata mahasiswa. Satu lagi dosen yang unik, mungkin ia ingin menciptakan suatu pembelajaran dengan berbeda dosen, dosen itu bernama Bapak Mulkan, ia selalu membuat mahasiswanya nyaman dan dapat menyampaikan pesan yang diberikan tanpa paksaaan.
Saya akui, perkuliahan PIJ lebih condong pada praktek jurnalis dimana tugasnya mencari, mengumpulkan, mengolah sampai kepada memproduksinya kepada suatu media. Disini membutuhkan fisik dan mental yang sangat kuat. Jadi dapat dikatakan bahwa perkuliahan PIJ ini membutuhkan rasa yang benar-benar harus sepenuh hati. Dan saya yakin kuliah PIJ ini adalah kuliah yang sangat disiplin dan serius dalam suatu hal sehingga dapat menghasilkan mahasiswa yang baik.

ALASAN MEMILIH JURUSAN
Menurut saya Fikom Unpad ini memiliki empat jurusan yang sangat bagus, menarik, dan berpotensi lulusannya. Yang pertama ada Jurnalistik yang di dominasi menulis, Public Relations yang harus memiliki dalam penampilan berbicara, Manajemen Komunikasi yang diolah adalah media, dan Informasi dan perpustakan.
Disini saya memilih masuk ke jurusan Mankom karena semua ini demi mewujudkan impian orang tua saya. Mungkin saya satu hati dengan orang tua saya karena saya pun memiliki skill yang lumayan dalam mengoprasikan suatu media. Mungkin pilihan kedua saya ingin masuk kedalam jurusan Jurnalistik namun kondisi yang tidak memungkinkan saya tidak melihat Jurnalistik sehingga saya condong memilik Mankom dan Public Relations.
Meski kurang yakin namun insyaalloh itu semua sudah dipikirkan baik buruknya kelangsungan kedepannya.

PENGALAMAN PELIPUTAN TABLOID
Daun Islam!
Itulah tabloid kami yang pertama kali di buat. Kami beranggotakan 5 orang dan saya merupakan salah satu tim redaksi tabloid Daun Islam yang menjadi penaggung jawab dari pembuatan Tabloid Daun Islam. Selain itu saya merangkap menjadi wartawan, tataletak, fotografer, dan pembuatan suatu artikel.
Liputan Tabloid Daun Islam kai doinasi di wilayah Bandung dan Sumedang. Sebagai salah satu tim redaksi, saya khusu meliput berita guna mengisi sebagian besar semua rubric yang ada demi mengantisipasi anggota yang tidak bekerja.
Pengalaman yang paling berkesan dan baru pertama kali saya merasakan menjadi seorang jurnalis. Sebelum saya turun kelapangan terlebih dahulu saya mencari apa itu jurnalis, apa yang dicatat dan bagai mana cara mengolahnya. Pertama kali yang saya lakukan mewawancarai staf salah satu dari redaksi Koran Sumedang dan saya menggali informasi mulai cara pemotretan, cara mendapatkan informasi, cara beriklan sampai ke cara pengolahan data. Semua semakin jelas berkat tanya jawab yang saya lakukan.
Karena saya ada di posisi penanggung jawab dalam pembuatan tabloid “Daun Islam” ini sehingga saya membagi kan tugas kepada para anggota berdasarkan rubric dan kemampuan yang anggota bisa lakukan. Mungkin satu dua kali tidak didengar sehingga saya menekankan waktu dan kosekwensinya. Namun anggota masih saja memiliki alasan tertentu untuk didak mengerjakan tugas, mulai dari tidak punya uang, sakit, tidak ada komunikasi sampai sampai belum ada inspirasi. Sehingga saya berusaha sendiri untuk mencari apa saja yang menarik untukmengisi rubric-rubric yang saya tentukan.
Sebelum awal pencarian data, saya sempat melihat video jurnalis yang berjudul “shattered glass” dan saya mendapatkan kesimpulan bahwa dalam suatu pembuatan suatu artikel jangan percaya dalam satu narasumber saja. Sehingga saya baru berburu nara sumber di berbagai daerah. Seperti rubric “renungan” saya mencari ke beberapa daerah yang menyediakan kos-kosan dan kepada mahasiswa nya langsung. Begitu pun dengan rubric lainya saya mulai mencari minimal dua orang yang bisa menjadi kan narasumber. Sehingga jadilah seperti ini. Meki berantakan tapi ini semua saya lakukan demi mendapatkan nilai dan pengalaman menjadi seorang jurnalis.
Dari rubric-rubric yang ada memiliki kesan tersendiri, contohnya rubric profil, saya baru menyadari meski ia memiliki kekurangan tapi Alloh maha adil, ia diberikan keterapilan berkat kerja kerasnya dan tekatnya untuk membahagiakan keluarga. Disini saya dibukakan hati saya untuk tidak mengeluh apapun yang terpenting adalah kerja keras karena niscaya Alloh memberikan jalan yang mudah bagi orang yang mau berusaha tanpa kenal putus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar