Rabu, September 28, 2011

Resume Novel


Resume Novel “ESCAPE OVER THE HIMALAYAS” dengan Kajian BAB IV

Judul            : Escape Over The Himalayas,     Demi Sekolah, 6 Bocah Tibet     Harus Berjuang Menaklukan      Himalaya
 Penulis            :   Maria Blumencrom 
Terjemahan dari : Fluch uber den Himalaya,          Tibet Kinder auf dem Weg          ins Exil
Penerjemah      : Siska Isabella
Penerbit           : Imania (Pustaka Iman) 
Tanggal terbit : Oktober - 2009 
Tebal Halaman : xiv + 319  halaman
Jenis Cover      : Soft Cover 
Kategori          : Non-Fiksi
Text                 : Bahasa Indonesia 

Resume Novel
            Sebuah kisah nyata yang dibukukan oleh seorang Maria yang pernah dialaminya. Dan akhirnya maria mendapatkan beberapa penghargaan dari hasil dokumenternya maupun bukunya. Maria menceritakan satu demi satu temannya yang mengalami pengungsian ke India dari Tibet. Tibet merupakan sebuah kota yang di duduki oleh China sehingga penduduk Tibet harus mengikuti kekerasan dan peraturan China sehingga tidak heran di Tibet sebagian besar keluarganya sengsara dan jauh dari pesatnya perkembangan teknologi dan tidak boleh meyakini Dalai Lama karena bisa merusak citra bangsa China sehingga apa bila seseorang menyimpan foto maka akan di penjara dan di hukum mati. Sehingga para orang tua mereka mengirimkan anak-anaknya ke India agar dewasa kelak bisa memperjuangkan Suku Tibet. Karena pendidikan yang dihadapi haya menggunakan bahasa Cina yang mungkin para Tibet kurang paham akan bahasa Cina. Meski berat tapi ini semua demi kebaikan dan kebahagiaan anaknya meski berat akan tetapi ini semua adalah sebuah kewajiban seorang ibu memiliki pendidikan yang layak dibandingkan di Tibet. Sebuah kutipan salahseorang Ibu di Tibet, “Aku mengirim anakku ke India karena aku tidak pernah mengenyam pendidikan. Dan susah untuk menjalani kehidupan normal tanpa bisa membaca dan menulis. Semua orang memang punya masalah. Sebagai perempuan yang hidup sederhana aku tidak punya uang untuk menyekolahkan anak-anakku. Itulah alasanku mengapa aku mengirim jauh buah hatiku. Setelah ia pergi jauh, yang bisa aku lakukan hanya melihat fotonya dan menangis”.
Rombongan pertama yaitu rombongan Tamding dengan para biksu tua yang dipimpin seorang Nima sebagai pemandunya, yang ditemani Suja dan Lobsang. Tamding adalah salah anak ketiga dari keluarganya, dimana jika memiliki anak lebih dari tiga maka keluarganya harus membayar pajak yang lumayan besar. Sehingga mau tidak mau Tamding ikut ke India bersama Nima sebagai pemandu. Tamding salah seorang yang berani meski dia tau bahwa keluarganya sangat menyayanginya tapi Tamding mampu berjiwa besar dengan keputusannya. Bersama dengan para biksu Tamding sangat dekat sekali dengan Suja. Suja adalah salahsatu dari tentara bangsa China tetapi ber suku Tibet akan tetapi Suja meninggalkan pekerjaannya karena dia tidak bisa melihat bangsanya di injak-injak oleh para tentara China, sehingga dia memutuskan untuk pergi dari pekerjaannya. Ketika rombongan itu dalam perjalanan menuju kaki gunung Himalaya salah seorang tentara melihat seorang pengungsian yang akan pergi meninggalkan kampong halamnnya. Tetapi Suja, Nima dan Lobsang melihat situasi ini dan pergi dengan begitu saja dengan meninggalkan Tamding beserta rombongannya. Dan para rombongan pun masuk penjara dan menginterogasi mereka semua.
            Kelanjutannya Nima bersama Suja dan Lobsang melakukan perjalanan lagi bersama rombongan dimana diantaranya terdapat 4 anak kecil didalamnya yaitu Pema Kecil, Chime, Dolker, dan Dhondup. Disamping itu ada lima orang dewasa lagi dan seorang Biksu remaja (15 tahun) yang berada dalam kelompok itu. Pema Kecil adalah salah satu orang yang palling malang dalam rombongan itu, Pema Kecil selain umurnya masih muda dia harus berjalan pincang karena kakinya retak ketika ayahnya datang kerumahnya dan terjadilah hal buruk yang menimpa Pema Kecil. Dan Pema Kecil di titipkan pada Dhondup karena memiliki Amchi Tua. Dhondup adalah orang yang periang dia sering menghibur orang dengan leluconnya yang sering kali menggelitikkan. Dan Dhondup memiliki kakak yang akan menjaganya yaitu Dhamchoe. Bukan hanya Dhondup yang bisa dijaga oleh kakaknya. Akan tetapi Chime pun pergi ke India bersama kakaknya yaitu Dolker. Mereka terasa akrab sehingga mereka tidak pernah terpisahkan.
            Dengan hanya berbekalan seadanya para orangtua memberikan anaknya perlengkapan berupa baju hangat, kaos kaki, kaos tangan dan sepatu tipis ditambah makanan secukupnya. Terutama Pema Kecil menyediakan perlengakpannya yang lebih karena Pema Kecil mempunyai kebiasan dia selalu bermimpi buruk dan ketakutan sampai celananya basah. Meski orangtuanya tidak yakin dengan kemampuan anak-anaknya untuk menepuh perjalanan yang jauh dan banyaknya rintangan tapi hanya ini jalan satu-satunya untuk membahagiakan mereka. Dengan perasaan pedih luar biasa karena harus perpisah dengan anaknya yang mereka sayangi. Mereka sudah tidak berpikir kapan dia akan bertemu lagi dengan anak-anak mereka setelah anak-anak mereka berhasil, karena dengan mendengar mereka sudah tiba di India pun sudah merupakan kegembiraan yang luar bisa, yang bisa mengobati luka perih meninggalkan anak-anak mereka.
Perpisahan di Gyantse pun dirasakan pada semua rombongan, begitu perih rasanya melihat mereka semua meninggalkan ibunya. Tapi apa boleh buat ini satu-satunya supaya anaknya bisa bersekolah dan hidup bahagia. Setelah berapa jauh rombongan itu berjalan di dunia yang bersalju seorang Chime pun berkata, “Betapa sulitnya berjalan terus-menerus sepanjang waktu. Aku lebih takut dengan tentara Cina dari pada salju dan hewan buas. Bersama-sama kami berjuang melangkah kaki melintasi pegunungan yang tinggi, jalan-jalan setapak yang terjal dan sungai yang dalam. Kami rindu Ibu, andaikan tangan mereka ada di sini sekarang”.
Perjalanan jauh dari Tibet menuju Dharmsala itu dilalui dengan berjalan kaki melewati pegunungan Himalaya yang begitu dingin dengan perlengkapan seadanya oleh sekumpulan orang yang terdiri dari anak-anak dan para biksu muda yang sedang dalam pelarian karena kejaran tentara Cina serta didampingi oleh seorang pemandu bayaran. Perjalanan ilegal ini mengharuskan mereka untuk selalu waspada terhadap kejaran para tentara Cina yang sedang berpatroli dan melakukan penangkapan kepada para pemberontak atau para tentara Nepal yang sedang bertugas di wilayah perbatasan. Tidak sedikit dari mereka yang tidak dapat melanjutkan perjalanan karena tertangkap oleh tentara-tentara Cina yang kemudian memenjarakan dan menyiksa mereka di dalam tahanan.
Selama 14 hari, yang dengan peralatan seadanya, sepatu ket tipis dan bekal makanan secukupnya, bocah-bocah berpostur kecil dan rapuh itu berangkat menempuh perjalanan yang sangat melelahkan. Sebagian dari mereka nyaris menyerah untuk melanjutkan perjalanan, berjuang keras melawan badai salju, rasa lapar yang hebat, dan keletihan yang tak terbayangkan. Tapi rasa itu hilang ketika mereka sampai pada ujung gunung Himalaya yang sudah longgar dari tentara China. Selain itu mereka bertemu dengan rombongan Tamding yang sempat terpenjara selama satu minggu. Dan selanjutnya mereka pun pergi ke India dengan menggunakan pesawat yang dipesan secara khusus. Dan kebebasan pun sudah ada pada rombongan Nima dan kawan-kawan.



Hubunganya dengan Bab VI
            Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Ini bisa bersifat psikologi, sosial dan fisis.

Karakteristik :
Pema Kecil*
            Seorang gadis kecil berumur tujuh tahun yang berasal dari Provinsi Khan. Ibunya adalah ayah dikeluarganya dimana semua pekerjaannya dilakukan oleh ibunya dimana ibunya sebagai pengurus ladang dan hewan ternak. Akan tetapi ayahnya seorang pemabuk dan sering memukuli Pema kecil.
Orang lain: ketika ia selalu menagis ketika mimpi buruknya tapi berkat Dhondup dia bisa meredakan tangisannya dan mempengaruhi jalan mimpinya yang asalnya selalu buruk
Kelompok : awalnya semua rombongannya tidak menyukai sikap manja pema sehingga pema sadar bahwa dirinya bisa melakukannya dengan dorongan pada kelompoknya


Tamding*
            Seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang berasal dari Provinsi Amdo. Orangtuanya adalah petani miskin, yang mempunyai tiga anak dan anak terakhir bernama Tamding. Di provinsinya jika memiliki anak lebih dari 2 anak maka harus membayar pajak dan orangtuanya tidak bisa menyanggupinya meski mereka sayang terhadap anak-anaknya.

Chime*
            Seorang gadis kecil berumur sepuluh tahun yang berasal dari Tibet Barat. Ibunya yang menjadi tulang punggung keluarganya.

Dolker*
            Adik perempuan Chime yang berumur tujuh tahun.

Dhondup*
Seorang anak laki-laki berumur delapan tahun dari seorang dokter dari Tibet. Orang tuanya mengirimkan Dhondup ke India untuk memenuhi pendidikannya yang layak.

Dhamchoe
            Anak yang umurnya sekitar delapan belas tahun ini dibesarkan oleh keluarga Dhondup.karena dia tidak sanggup untuk membiyayainya lagi maka orangtuannya dhondup untuk pergi menjaga Dhondup.

Lhakpa*
            Seorang anak perempuan berumur sepuluh tahun dari keluarga pengembara, yang dibawa serta oleh kakak laki-lakinya melewati celah perbatasan dan baru pada Himalaya bagian Negara Nepal cecara kebetulan bertemu dengan kelompok kami, lalu bersama-sama pergi ke Dharamsala

Lobsang
            Seorang biksu berumur lima belas tahun yang berasal dari Provinsi Amdo.

Suja
            Seorang tentara muda yang sudah empat tahun bekerja di sebuah penjara militer China sebagai seorang pilar. Dan dia juga seorang juru bahasa pada saat interogasi karena dia bisa berbahasa Tibet dan China.

Nima
            Seorang pemandu, yang memiliki hati emas. Dia sudah beberapa kali mengantarkan pengungsian dengan selamat, meski dengan bahaya besar yang menghadang.

Pesan
Buku ini sangat kuat menceritakan bagaimana perjuangan keenam anak Tibet terutama Pema Kecil (7), Chime (10), Dolkar (6), Dhonup (8), Tamding (10) dan Lhakpa (10) dalam meraih masa depannya. Hanya sayang, ada beberapa hal yang mengganggu kenyamanan dalam membaca buku ini, yang disebabkan karena proses editingnya belum sempurna. Ada beberapa "gangguan" yang aku catat, antara lain :
  • Ukuran font yang tidak sama, sangat mengganggu dalam kenyamanan membaca
  • Pemberian nama yang hamper mirip dimana si pembaca meras kebingungan dan harus teliti membacanya seperti Dhonup dan Dhamchoe, Pema dan Pema kecil
  • Seringkali penggantian orang ketiga secara langsung sehingga membingungkan pembaca tanpa adanya tanda atau pun nama yang bersangkutan
  • Butuh focus yang tinggi membacanya
Namun, meskipun sempat terganggu dengan hal-hal tersebut di atas, memiliki keunggulan diantaranya:
  • Ceritanya menarik sungguh perang batin terasa
  • Gaya ceritanya dengan mudah bisa diserap
  • Buku ini bisa enjadi motivasi dimana seorang anak kecil yang meragukan bisa melewati rintangan tapi semua terjawab mereka berhasil dengan selamat
  • Disini terlihat dimana perjuangan seorang anak dan ibu memperjuangkan demi Menuntut ilmu dan kebahagian seorang anak
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari buku ini, antara lain:
  • Jangan menyerah. Apapun yang terjadi, jangan menyerah.
  • Untuk meraih impian, membutuhkan pengorbanan dan semangat sekuat baja.
  • Rasa persatuan dan saling mendukung, sangat diperlukan dalam mengatasi saat-saat terberat.
  • Kepedulian pada sesama memberikan banyak kebahagiaan, tidak hanya kepada diri sendiri, namun juga kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar