Selasa, September 27, 2011

jawaban ujian




1. a.                 Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam percakapan, maka komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Pengertian komunikasi tersebut sifatnya sariah dalam arti bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain. Wilbur Schramm sebagai peloporkemunculan ilmu komunikasi mengatakan bahwa ilmu komuniksi adalah “jalan simpang paling ramai dengan segala disi[lin yang melintasinya”. Sedangkan untuk memahami pengertian komunikasi, para peminat komunikasi sering kali ,mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure And Function Of Communication In Society. Lasswell yang sebenarnya merupaka ahli ilmu politik ini mengatakan bahwa komunikasi adalahproses penyampaian pesan oleh komunkator kepada komunikan melalui media yang nenimbulkan efek tertentu.
                        Dalam arti luas, komunikasi berarti suatu proses dimana terjadi suatu tanggapan atau reaksi (response) karena adanya pengirimaninformasi/pesan (message).
1. b.                 Tujuan daam komunikasi memiliki berbagai perbedaan jika kita melihat dari berbagai perspektif yang berbeda. Dari perspektif psikologi misalnya, sebagai ilmu yang mempelajari perilaku individu, Carl. I. hovland, Janis dan Kelly mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya verbal) dengan tujuan untuk merubah perilaku orang lain. Hal ini juga bermanfaat untuk membantu pasien menyampaikan pesan terhadap pemberi terapi dalam psikoterapi. (Dictionari of Behavioral Sciene).  Perspektif sosiologi memberikan tujuan yang berbeda mengenai komunikasi dibandingkan dengan psikologi. Sebagai ilmu yang mempelajari  interaksi antara individu dalam masyarakat, menurut Krech et all, komunikasi dari perspektif sosiologi mempunyai tujuan agar setiap individu mempunyai kognisi, keinginan, dan sikap yang umum. Dan diperjelas oleh SoedjonoSoekanto bahwa manfaatnya adalah untuk menimbulkan pengertian bersama. Lalu Wilbur Schramm dari perspektif Humaniora menjelaskan bahwa bila kita mengadakan komunikasi, artina kita mencoba untuk membentuk persamaan dengan orang lain. Terakhir dapat dilihat dari perspektif teknologi dimana Claude Shannon dan Warren Weaver menjelaskan bahwa tujuan maupun manfaat  dari komunikasi akan terpengaruhi oleh keberadaan GANGGUAN (noise).
                        Robert. G. King mengemukakan secara jelas mengenai tujuan komunikasi yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi maksudnya adalah dengan sumber yang ada tetap diusahakan proses komunikasi mencapai hasil maksimal. Sedangkan efektivitas diartikan sebagai cara mengoptimalkan setiap fungsi komponen dalam proses komunikasi.

2.a.                  Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)  sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Untuk jelasnya dalam komunikasi primer, jika komunikator itu bernama A dan komunikan bernama B, akan terjadi pergantian fungsi secara bergiliran sebagai encoder dan decoder. Jika A berbicara, ia menjadi encoder dan B menjadi decoder sebagai yang mendengarkan. Ketika B memberikan tanggapan, maka B kini menjadi encoder dan A menjadi decoder.
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Sebagai contoh seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
2. b.                 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. mengatakan dalam bukunya yang berjudul Ilmu komunikasi : Teori dan Praktek mengatakan lima komponen komunikasi yaitu :
1.      Komunikator adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2.      Pesan adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. Pesan itu harus mudah dipahami dan mudah diingat, oleh karena itu kajian pesan harus mendalam dari segi isi pesan, organisasi pesan, teknik pengembangan bahasan, dan teknik penyajian.
3.      Media adalah saluran dimana pesan disampaikan kepada komunikan.
4.      Komunikan adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
5.      Efek. adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

3. a.                 Bentuk Komunikasi dipaparkan secara jelas oleh Robert. G. King yang meliputi intrapersonal, interpersonal, person to group, group to person, dan  group to group. Komunikasi intrapersonal diartikan sebagai proseskomunikasi yang terjadi di dalam, diri manusia sebagai individu. Contoh dari komunikasi intrapersonal dapat kita temui pada saat kita sedang  melakukan perenungan diri, intropeksi, melamun ataupun saat kita sedang bercermin.
                        Komunikasi interpersonal adalah afinitas (kedekatan) antara komunikator dengan komunikannya, misalnya saat dua orang sahabat sedang curhat.
                        Komunikasi person to group ialah komunikasi yang dilakukan komunikator yang menyampaikan pesan terhadap sejumlah khalayak dimana yang berperan sebagai komunikan di sini adalah sekelompok orang. Proses seperti ini terjadi dalam perkulahan ketika dosen menyampaikan materi kuliahnya.
                        Komunikasi group to person yaitu suatu komunikasi yang memiliki komunikator dalam jumlah besar. Hal ini terjadi saat seorang pembicara mendapatkan tepuk tangan dari  peserta seminar yang merupakan sejumlah.
                        Komunikasi group to group seringkali terjai dalam forum resmi yang bersifat internasional (missal dalam siding PBB). Dalam forum tersebut, seorang kepala Negara melakukan komunikasi yang merupakan representasi dari rakyat yang dipimpinnya.
3. b                  Bentuk awal komunikasi ini mendahului evolusi bagian otak yang berperan dalam penciptaan dan pengembangan bahasa manusia. Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang bukan menggunakan kata-kata sebagai alat tukarnya. Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal. Komunikasi non-verbal mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
1.      Menyediakan/memberikan informasi.
2.      Mengatur alur suara percakapan.
3.      Mengekspresikan emosi.
4.      Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal.
5.      Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
6.      Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu, antara lain memperagakan cara berenang yang baik, memperagakan bagaimana mengayunkan raket bulu tangkis atau tennis, dan lain-lain. Relevansi komunikasi non-verbal dalam dunia bisnis antara lain dapat
Contoh komunikasi nonverbal dalam kegiatan sehari-hari ialah menggunakan bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

4.                     Ilmu komunikasi berkembang melali tiga jalur yaitu publisistik, jurnalistik, dan retorika. Baik jurnalistik dan retorika sama-sama berkembang di Amerika, sefangkan publisistik berkembang di Eropa, tepatnya di Jerman. Walaupun di Jerman publisistik sudah diterima sebagai bagian dari ilmu komunikasi namun dianggap sebagai aliran radikal dalam ilmu komunikasi. Namun kita perlu melihat lebih dekat lagi untuk mengatakan hal itu, karena perkembangan publisistik di Jerman diakibatkan oleh revolusi industri. Peranan pers mulai terlihat dan diminati para pemikir. Max Weber untuk pertama kalinya mengembaangkan ilmu pers dengan landasan ilmiah. Pada pertemuan Deutsche Gesellschaft fur Soziologie ia mengusulkan dua proyek pengkajian sosiologi : sosilogi organisasi dan sosiologi pers (Zeitungwesen).  Satu dasawarsa setelah itu, Tonnies menerbitkan Kritik der Offentliche Meinung  yang mengupas sifat opini public dalam masyarakat massa. Dalam hubungan antara pers dan opini public inilah lahir Zeitungwissenschaft (Ilmu Surat Kabar).
                        Tetapi minat pada sosiologi pers dan khususnya opini public telah membawa ara sarjana Jerman pada bidang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan persuratkabaran. Muncullah ilmu Publizistik yang dikembangkan oleh Hagemann dan disistematiskan oleh Dofivat. Yang menjadi objek penelitian bukan lagi pers, tetapi pernyataan publik.
                        Sedangkan Ilmu komunikasi yang berasal dari jalur jurnalistik dan retorika dan sampai sekarang di Amerika Serikat, ilmu komunikasi dipelajari dalam dua jurusan communi-cation dan journalism/mass communication serta tumbuh dan berkembang di Amerika secara khas seakan mempertahankan jalurnya masing-masing yang dilewatinya.
Di Indonesia, ilmu komunikasi yang kita kaji saat ini sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Status ilmu komunikasi di Indonesia diperoleh melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 Tahun 1982. Keppres itu yang kemudian membawa penyeragaman nama dari ilmu yang dikembangkan di Indonesia, termasuk ilmu komunikasi.Sebelumnya dibeberapa universitas, terdapat beberapa nama yang berbeda, seperti di Universitas Padjadjaran Bandung dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang menggunakan nama Publisistik, serta Universitas Indonesia yang telah lama mengganti nama Publisistik menjadi Ilmu Komunikasi Massa.
Kajian terhadap ilmu komunikasi sendiri dimulai dengan nama Publisistik dengan dibukanya jurusan Publisistik pada Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada pada tahun 1950, Akademi Penerangan pada tahun 1956, Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta pada tahun 1953, dan pada Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia pada tahun 1959. Nama Ilmu Komunikasi Massa dan Ilmu Komunikasi sendiri baru muncul dalam berbagai diskusi dan seminar pada awal tahun 1970-an.
Beberapa tokoh yang telah berjasa memasukkan ilmu komunikasi ke Indon esia dan kemudian mengembangkannya di Perguruan Tinggi, antara lain Drs. Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo. Pada tahun 1960-an, deretan tokoh itu bertambah lagi dengan datangnya dua pakar dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yaitu Dr. Phil Astrid S. Susanto dari Jerman Barat (1964) dan Dr. M. Alwi Dahlan dari Amerika Serikat (1967).
Dalam perkembangannya, kendati telah terjadi perkembangan yang penting mengenai paradigma ilmu komunikasi dimana telah muncul paradigma baru yang diuraikan oleh B. Aubrey Fisher dengan sebutan perspektif psikologis, mekanis, dan pragmatis , di Indonesia hingga saat ini ternyata masih saja berkiprah pada paradigma lama atau klasik yang dinamakan perspektif mekanistis.
Hampir semua penelitian empiris komunikasi manusia di Indonesia berdasar pada perspektif mekanistis dimana yang menjadi objek penelitian adalah alam atau fisik saja. Kekecewaan dan kritik terhadap kajian ini memang telah tumbuh, bersamaan dengan semakin berkembangnya teori dan pengkajian ilmu komunikasi. Namun, mekanistis masih saja dipakai walau minat baru, gagasan baru, dan teori baru telah tumbuh dan berkembang.


5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar